Republik Indonesia
TNI AL :
Fantastis… Kata kata ini layak diberikan kepada KRI Klewang 625 yang dibuat oleh PT Lundin Industry Invest, Banyuwangi Jawa Timur. Masih sedikit negara di dunia yang memiliki kapal perang trimaran seperti KRI Klewang. Bahkan Amerika Serikat pun masih bereksperimen dengan kapal perang Trimaran. Model kapal perang Trimaran Indonesia lebih menyerupai kapal Trimaran USS Independece Amerika Serikat. Terlihat cantik, futuristik dan gagah. Untuk negara Asia Tenggara, Indonesia merupakan satu-satunya pengguna dan pembuat kapal perang Trimaran. Betapa berkah yang begitu besar diberikan kepada negara Indonesia.KRI Klewang yang dibuat John Lundin CS, sedang diujicoba TNI AL. Jika performanya dianggap baik, akan dilanjutkan dengan produksi 3 trimaran berikutnya. John Lundin menjanjikan produksi Kapal Trimaran selanjutnya, akan lebih cepat.
Optimisme TNI AL terhadap performa KRI Klewang cukup besar. Hal itu terlihat dengan ditempatkannya Kapal Cepat Rudal Trimaran KRI Klewang 625 di Armada Timur, yang memiliki laut ganas. “Operasinya bisa di kawasan barat atau timur sesuai dengan kebutuhan”, ujar Wakil Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Pertama Sayyid Anwar.
Kapal perang Trimaran akan dilengkapi empat peluru kendali. Sejauh ini Kementerian Pertahanan merencanakan persenjataannya kepada produk China. Rudal C-705 daya jangkau 120 km, serta Close-in Weapon System CIWS 730. Kapal seharga Rp 114 miliar per unit ini, memiliki panjang 63 meter dan lebar 15 meter mampu melesat dengan kecepatan maksimal 35 knot.
Dengan menggunakan serat karbon dan cat khusus, KRI Klewang diklaim memiliki teknologi stealth, tidak dapat dideteksi radar. Teknologi stealth diadopsi dari Selandia Baru dan Amerika Serikat. Sementara serat karbon sebagian besar diimpor dari China.
PT Lundin membutuhkan waktu 2,5 tahun untuk melakukan riset ke berbagai negara dan 2,5 tahun sisanya untuk pembuatan.
“Ini mimpi saya dan rakyat Indonesia yang menjadi kenyataan”, ujar John Lundin saat launching KRI Klewang ke laut Banyuwangi- Jawa Timur.
Konsep Trimaran ini memang unik. Ada dua lubang di sisi kiri dan kanan kapal yang bertujuan memecah ombak, agar bisa bermanuver dengan kecepatan tinggi di laut dengan ombak 6 meter lebih. Kedepannya Trimaran akan dilengkapi persenjataan 8 rudal C705, rudal anti kapal selam RBS dan Exocet. Untuk combat management systemnya CMS, KRI Klewang memadukan teknologi CSOC dan CPMIEC China bekerjasama dengan PT LEN Indonesia.
Trimaran Berkah Buat Negara Ini
Berurusan dengan orang seperti John Lundin, gampang-gampang susah. Darah daging John Lundin adalah laut serta pembuatan kapal, yang ia peroleh turun temurun. Ketika ayahnya sakit, Pemerintah Swedia salah memperlakukan orang pintar tersebut. Kredit yang diminta John Lundin untuk galangan kapalnya dipersulit. Padahal ayahnya sudah terbukti membuat berbagai kapal trimaran untuk Patroli Maritim dan Polisi Laut Swedia.
Di tengah keputusasaannya, John pun pergi mencari negara maritim yang membutuhkan keahliannya. Beruntunglah Indonesia, karena John memilih Bali dan kini bolak balik ke perusahaan kapalnya di Banyuwangi.
John Lundin ingin membuktikan kepada kreditur dan pemerintah Swedia bahwa kemampuannya tidak perlu diragukan lagi dan seharusnya kreditnya tidak ditolak.
Untuk pembuktian itulah John Lundin dan temannya rela tinggal berbulan-bulan di Selandia Baru, demi mempelajari kapal Trimaran tercanggih. Setelah mendapat ilmu yang cukup, dia kembali ke Banyuwangi untuk mewujudkan mimpinya. Tidak semua orang memiliki mental baja seperti John Lundin. Pembuktian diri menjadi kata kunci mengapa John seteguh itu.
Kini John Lundin telah mewujudkan mimpinya, lalu apa selanjutnya yang dia lakukan ?
Orang seperti John Lundin tidak akan silau bekerja di sebuah perusahaan bonafid serta memperoleh pendapatan yang besar. Orang seperti John selalu ingin membuat pencapaian-pencapaian yang belum dibuatnya atau orang lain.
Selama pencapaian itu belum selesai dia akan menetap di perusahaan itu. Namun begitu selesai dan dianggap tidak lagi memiliki tantangan, maka dia akan hengkang mencari tantangan di tempat lain.
John Lundin telah menyelesaikan kapal Trimarannya. Produksi kapal sejenis produksi 3 kapal trimaran berikutnya, bukan lagi kategori “pencapaian” bagi John Lundin. Dan saat ini John Lundin tentu sedang berpikir, pencapaian apa lagi yang akan dia lakukan.
Jika TNI AL atau Kemenhan tidak memiliki rencana yang lebih besar bagi John Lundin, maka siap-siaplah bersalaman dengan pria asal Swedia itu.
Dengan bekal kapal trimaran yang telah dia buat, tentu sangat mudah bagi John Lundin untuk mencari investor lain untuk mewujudkan tantangan berikutnya.
Dato…saya sudah membuat kapal perang trimaran KRI Klewang untuk Indonesia dan ingin membuat kapal yang lebih hebat”, ujar John Lundin seumpama disampaikan kepada Pemerintah Malaysia. Kira-kira, apa jawaban pihak Malaysia. Tentu kita sudah tahu jawabannya.
Hingga kini proyek Korvet Nasional tidak jelas. Rencana membuat Frigate Nasional dengan teknologi dari Damen Schelde Naval Shipbuilding Belanda, masih jauh dari kenyataan.
Dengan prestasi John Lundin, sudah waktunya ia diberi kesempatan yang lebih besar. Perlu dipikirkan agar proyek pembuatan Frigate Nasional diserahkan kepada John Lundin. Sebuah frigate trimaran yang memiliki hanggar untuk helikopter.
Saat ini kapal perang modern Indonesia KRI Diponegoro Class tidak memiliki hanggar. Begitu juga dengan 3 light frigate Nakhoda Ragam Class yang akan datang.
Sudah waktunya John Lundin diberi tantangan membuat frigate trimaran yang memiliki helipad dan hanggar. Budget pembuatan dari Frigate Trimaran bisa diambil dari anggaran pembuatan Frigate Nasional yang belum jelas jalan ceritanya.
Kalau itu terwujud, maka Indonesia akan memiliki kapal perang modern yang benar benar siap Combat Duty dalam menghadapi ancaman dari bawah laut, permukaan dan udara.
Jika frigate trimaran itu terwujud, bisa diberinama KRI John Lundin, untuk menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia tidak pelit menghargai orang yang layak dipuji.
Kapal Trimaran merupakan konsep kapal perang modern yang juga sedang didisain oleh Rusia untuk kapal perang masa depan. Trimaran dianggap bisa membawa persenjataan yang lebih komplit. Jangan sampai ujicoba pembuatan Trimaran dilakukan di Indonesia, namun kapal yang sempurnanya dinikmati oleh negara lain.
Seharusnya 5- 10 tahun lagi kita akan mendengar: “Jangan coba-coba dengan Angkatan Laut Indonesia. Kapal perang Trimarannya sangat mematikan”.
Bersiap Menuju Kekuatan Pukul Mematikan
Uji tembak rudal Yakhont yang dilakukan KRI Fregat Oswald Siahaan di
selatan selat Sunda akhir April 2011 sukses besar dan mampu
menenggelamkan KRI LST tua renta Teluk Bayur yang sudah pensiun. Uji
tembak rudal yang berjarak jangkau 300 km yang diikuti 12 KRI itu
adalah simbol kebangkitan keperkasaan TNI AL, gemanya sampai ke rumah
tetangga dan menjadi diskusi hangat di kalangan petinggi militer mereka.
Soalnya belum ada arsenal negara tetangga yang sehebat Yakhont baik
dalam kecepatan dan jarak tembak. Singapura saja dengan uji coba rudal
ini tiba-tiba menjadi macan kertas pucat pasi, apalagi Malaysia yang
baru punya Excocet berjarak jangkau 70 km. Pakcik sebelah terdiam sambil
menyeka keringat dinginnya.
TNI AL memang sedang berbenah. Kita catat kehadiran alutsista baru TNI
AL selama kurun waktu tiga tahun terakhir ini terasa membungakan hati
kita. Sejak tahun 2007 sampai hari ini setidaknya ada pertambahan 23
KRI dari berbagai jenis seperti 4 KRI Sigma Class, 4 KRI LPD Makassar
Class, 2 KRI LPD Suharso Class, dan belasan KRI Kapal Cepat Rudal
termasuk 2 hibah dari Brunai dan KRI Clurit buatan Batam.
Untuk KRI Clurit Class diprediksi akan ditambah sampai mencapai 20 unit
dan nama-namanya pun (bakalan) agak seru terdengar di telinga,
misalnya KRI Golok, KRI Belati, KRI Parang, KRI Sangkur, KRI Pedang,
KRI Klewang dll. Yang sudah ada kan kakaknya yaitu KRI Rencong, KRI
Badik, KRI Mandau, KRI Keris yang persenjataannya tak kalah gahar
termasuk manuvernya.
Proyek PKR jenis light fregat sudah dilaunching kerjasama dengan
galangan kapal Belanda Schelde. Sebenarnya Presiden SBY ketika akan
berkunjung ke Belanda beberapa waktu lalu, salah satu misinya adalah
memastikan payung kerjasama ToTpembuatan PKR. Namun karena ada gertakan
RMS kunjungan itu dibatalkan, sayang memang, soalnya payung itu
diperlukan sebagai spirit pemicu percepatan kerjasama. Coba kita simak
lobby Korsel ketika akan menggolkan T-50nya, Presidennya berkunjung ke
Bali dan bertemu SBY, kemudian dilanjut dengan kunjungan utusan pribadi
Presiden Korsel ke Jakarta, bertemu SBY. Kemudian delegasi kita yang
dipimpin Menko Kesra dijamu dengan layanan kelas VVIP termasuk memakai
pesawat kepresidenan Korsel. Tak lama kemudian T-50 menjadi pemenang
pertarungan pengadaan pesawat tempur latih TNI AU.
Masalah pengadaan kapal selam yang berlarut-larut, tidak bisa
dilepaskan dengan kekuatan lobby Korsel pada petinggi Pemerintah dan
Kemhan. Ini yang membuat Kilo yang sudah di depan mata menjadi
fatamorgana kembali. Lalu tiba-tiba muncul Changbogo di layar cermin.
Padahal TNI AL pengen kapal selam dari kelas herder bukan anjing
kampung, so si user pasti tahu dong dengan kehebatan herder macam Kilo
itu. Nah daripada dibeliin kapal selam dari anjing kampung class
mending uangnya dibeliin beras saja, kata mantan Kasal Tedjo menyindir.
Pengadaan 2 Kilo mestinya sudah dimulai sejak tahun 2009. Tapi bisa
juga tersendatnya 2 kapal selam made in Rusia itu karena ada jiran yang
meradang lalu melapor sama emaknya yang nota bene Polisi Dunia. Dan
seperti biasa petinggi kita kalau sudah dapat Nota keberatan diplomatik
biasanya menjadi kesatria peragu, lalu tempe yang sudah digoreng
menjadi hangus kelamaan digoreng. Maka tender pun diulang-ulang sembari
menyanyikan lagu : maju tak gentar membela yang bayar.
Kalau mau di survey sejatinya hampir 70% warga bangsa ini merasa
gregetan dengan cara pandang kemayu itu. Logikanya, sudah dikasih kredit
ekspor sama Rusia, masih jual mahal, bahkan pengennya ngambil uang KE
nya lalu dibelikan barang dari negara lain, kan gak etis jadinya. Apa
sih susahnya membeli Kilo, wong belinya pakai KE. Vietnam saja tanpa
basa-basi langsung pesan 6 Kilo, tak ada yang gelisah. Malaysia sudah
punya 2 Scorpene, Singapura sudah punya 5 biji. Bahkan Thailand pun
pesan yang second hand sebanyak 4 biji. Lha kita mau nambah dua dari
dua yang dipunyai saat ini, susahnya seperti orang sembelit, gelisah
tapi tak keluar-keluar juga keputusannya.
Proyek Kapal Cepat Rudal kelihatannya yang paling lancar jalannya.
Setelah selesai KRI Clurit akan selesai lagi KCR-KCR yang lain, semuanya
buatan galangan kapal dalam negeri. KRI KCR ini dilengkapi dengan
sepasang rudal C802 atau C705. Rudal ini buatan China namun China
bersedia melakukan kerjasama pembuatan rudal ini secara besar-besaran
untuk kebutuhan TNI AL. Bayangkan paling tidak akan ada 300 rudal jenis
ini untuk persenjataan 100 Kapal Cepat Rudal kita. Salah satu sinyal
kerjasama strategis dengan China itu bisa kita saksikan dari kunjungan
PM China Wen ke Jakarta akhir April 2011. Walaupun tak dinyatakan
secara eksplisit dan dipublikasikan, kunjungan itu terkait dengan
kerjasama pertahanan kedua negara khususnya kerjasama rudal surface to
surface Lapan-Pindad yang mampu menjangkau jarak tembak 300 km dan
rudal C802 untuk KRI KCR.
KRI Trimaran Class juga sudah dibuat, ini buatan Lundin Banyuwangi.
Sebentar lagi satu KRI rampung dan TNI AL memesan Trimaran Class
sebanyak 12 unit. TNI AL juga sudah menandatangani kontrak dengan PT
PAL untuk pengadaan 12 KRI LST, 8 FPB, 2 LHD, instalasi rudal dan
sistem tempur KRI dan perawatan KRI. Jumlah kekuatan armada TNI AL saat
ini berkisar 165 KRI dari berbagai jenis. Prediksi kekuatan armada itu
pada tahun 2014 akan menyentuh angka 200 KRI. Yang menarik dari jumlah
KRI sebanyak itu, 130 KRI adalah striking force mulai dari kelas
fregat, korvet dan KCR karena punya kekuatan rudal Yakhont, Excocet,
C805 dan C705.
Kapal selam KRI Nanggala yang dioverhaul di Korsel diperkirakan akhir
Juli 2011 sudah tiba di tanah air. Overhaul ini tentu saja menambah
daya tempur dan serang Nanggala dan yang lebih penting ada teman KRI
Cakra yang lebih dari setahun menjomblo alias sendirian. Beberapa
sumber menyebutkan sebenarnya kita memliki 3 kapal selam buatan Jerman.
KRI Cakra 401 ada kembarannya yang juga punya nomor identitas 401. Ini
mirip dengan jumlah kepemilikan pesawat tempur Hawk Mk53 yang kita beli
dari Inggris. Publikasinya kita beli 8 unit tahun 1982 tapi ada yang
menyebut kita punya 20 unit di Madiun. Atau pembelian 34 unit pesawat
tempur Skyhawk tahun 1980 bilangnya dari AS, belakangan ketahuan belinya
dari Israel.
Apapun itu tak perlu jua kita mempermasalahkannya, yang penting bagi
kita adalah perkuatan TNI tidak hanya berhenti pada minimum essential
force tapi sampai pada kekuatan yang menggentarkan. Sehingga tidak ada
yang berani kagi melecehkan teritori NKRI. Angkatan laut kita berhak
memperoleh alutsista yang berkelas herder dengan kehadiran Destroyer,
Fregat, Korvet dan KCR termasuk kapal selam dalam jumlah yang banyak
karena halaman depan, belakang dan samping kita bukanlah daratan
melainkan perairan. Sangat wajar bila pengawal lautan dan samudera itu
diberi amunisi berdaya ledak tinggi, bukan senapan angin agar tidak
ditertawakan burung camar....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar