JKGR-(IDB) : Tanggal
 25-26 Juli 2012 bisa menjadi hari bersejarah bagi dunia militer  dan 
dunia teknologi Indonesia. Republik Indonesia akan memasuki babak  baru 
dengan lompatan yang sangat signifikan di bidang peluru kendali. 
Di
 hari itu Kementerian Pertahanan akan kedatangan tamu istimewa dari  
China, untuk menetapkan perjanjian dimulainya alihteknologi  
pengembangan produksi bersama peluru kendali C-705 yang digunakan TNI  
Angkatan Laut.
China
 setuju untuk membangun pabrik pembuatan rudal C-705 di  Indonesia dan 
siap berbagi teknologi sejak awal pembuatan rudal. PT  Pindad telah 
menyiapkan lahan sebagai tempat perakitan rudal C-705.  Kementerian 
Pertahanan juga menyiapkan pasokan bahan baku roket  (propelan) yang 
pabriknya baru dibangun di Kalimantan.
Spesifikasi rudal C-705:
Anti-Kapal Permukaan
Jangkauan: 75 km; 170 km dengan second stage.
Penjejak: Radar, TV, Infra Merah, Mid-course guidance, GPS / GLONASS.
Warhead: 110 Kg
Engine: Solid rocket
Cruise altitude: 12.15 meter (lowest)
Ukuran Target: Kapal berbobot hingga 1500 ton.
Launching platform: Aircraft, Surface vessels, Vehicles
Kill probability: > 95.7%
Jika kerjasama itu ditandatangani pada tanggal 25 Juli 2012, maka kemampuan tempur Indonesia akan berubah secara signifikan.
Sudah
 belasan tahun pakar-pakar LAPAN bekerja menciptakan berbagai jenis  
roket. Tahun demi tahun ujicoba roket balistik dijalani dengan penuh  
ketabahan. Hasilnya diameter roket bisa diperbesar menjadi RX 420, RX  
550 dan RX 750. 
Roket
 berdiameter besar berhasil dibangun, setelah PT  Krakatau Steel 
menciptakan tabung roket berdiameter 0,55 meter,  seperti  yang 
diinginkan LAPAN. 
Sebelumnya bahan bakar roket pun diimpor dari luar negeri. Kini propelan itu mulai diproduksi di dalam negeri.
Namun
 ada satu teknologi yang belum dikuasai LAPAN, yakni bagaimana  agar 
roket itu bisa dikendalikan alias, menjadi peluru kendali. Negara  yang 
bisa membuat peluru kendali memang sangat sedikit. Jika Indonesia  
berhasil menguasai teknologi ini, maka kelas dan derajat Indonesia akan 
 naik di mata dunia Internasional.
Melalui
 rudal C-705 diharapkan para pakar roket Indonesia mampu  mengadopsi 
teknologi guided missile. Roket-roket Indonesia seperti  RX  0707.01, RX
 0707.02, RX 0807.01, RX 1110.01, RKX 100S, RKX 10C,  RX1512.02, 
RX1515.01, RX 1712.01, RX 2428.04 DAN RX 2728.01, RX 420, RX  550,RX 750
 bisa berubah menjadi peluru kendali.
Peluru-peluru
 kendali tersebut bisa ditempatkan di kapal ataupun di  berbagai pulau 
di Indonesia. Ribuan pulau-pulau Indonesia akan berubah  menjadi semacam
 destroyer atau kapal induk yang siap menyergap setiap  kapal laut 
maupun pesawat tempur yang hendak masuk ke wilayah Indonesia.
Jika
 proyek kerjasama pembuatan rudal C-705 ini kembali gagal,  berarti 
memang ada yang gak beres dengan manusia yang bernama “Orang  
Indonesia”. Pihak China sudah menyatakan kesiapannya dan malah balik  
menantang kapan proyek itu akan dimulai. “Go and get it, Mister…!”.
Ibarat
 perlombaan lari, Indonesia bisa dikatakan belum juga masuk garis  
finish, sementara peserta lain telah makan di rumah atau bahkan tidur  
ngorok. What’s wrong with us ?.
Pada tahun 1960-an, Indonesia bersama dengan India, China, Pakistan dan Korea Utara belajar membuat rudal ke Uni Soviet. 
Rudal-rudal
 Uni Soviet itu dibawa ke Indonesia. lebih jauh lagi,  rudal itu pun 
dibelah dua (dibedah), agar orang Indonesia bisa  mempelajarinya. Tidak 
itu saja, pakar rudal Uni Soviet pun didatangkan  Ke Indonesia untuk 
membantu para teknisi Indonesia. Praktek lapangan  dari para ahli rudal 
Uni Soviet ini, dilakukan di Pameungpeuk Garut,  Jawa Barat.
Awalnya
 Indonesia seperti siswa yang cerdas. Munculah Roket pertama  yang 
diberi nama Kartika I. Namun setelah roket itu berhasil  diluncurkan, 
Indonesia memutuskan keluar dari sekolah, padahal masih  sekolah di 
bangku SD.
Sementara
 China, India, Pakistan dan Korea Utara terus melanjutkan  sekolah dan 
kini telah menjadi sarjana dengan nilai Cum Laude. Mereka  berhasil 
membuat peluru kendali dengan hulu ledak nuklir.
Melihat
 teman-teman seangkatannya telah sukses, Indonesia pun  berpikir ulang 
untuk kembali melanjutkan sekolah. Dalam hatinya berkata  “Tidak ada 
kata terlambat dalam belajar (sambil meunuduk tersipu malu). 
Namun
 apa daya guru yang mengajarinya pada tahun 1960-an telah  meninggal 
dunia (Uni Soviet). Untunglah ada teman seangkatan yang mau  membantu 
,dari Sekolah Jakarta-Peking-PyongYang. 
“Sudah….sekarang
 belajar dulu membuat peluru kendali jarak pendek  aja. Gak usah 
macam-macam deh…nanti bolos sekolah lagi”, ujar negara  China.
Materi
 pelajaran yang disiapkan China antara lain: Alih teknologi  rudal dari 
proses awal, Perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifikasi,  “up-grade”
 rudal dan pelatihan.
Produksi
 dan pemasaran bersama atas produk persenjataan tertentu  antara lain 
peluru kendali C-705. Jika rudal itu berhasil dibuat, maka  setiap 
pembeliannya oleh pihak lain harus dilakukan antarpemerintah “G  to G”.
Itulah materi “sekolah” yang ditawarkan China.
 China telah menawarkan les privat bagi Indonesia, untuk mengejar  
ketinggalannya dalam ilmu peluru kendali. Apakah Indonesia akan ikut les
  privat itu atau kembali mabal alias bolos seperti dulu kala. Kita 
lihat  saja nanti.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar