Senin, 11 Juni 2012
TEKNOLOGI MILITER INDONESIA
May272012
“Sepanjang 2012 ini, para teknisi diharapkan bisa menguasai pengembangan
 teknis pesawat KFX. Sampai sekarang, pengembangan teknis sudah berjalan
 sesuai rencana”, ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan 
Marsekal Madya TNI Eris Herryanto.
Hal ini dibeberkan Kementerian Pertahanan, usai bertemu dengan delegasi 
Komite Kerja Sama Industri Pertahanan (DICC) Korea Selatan di Jakarta.

Pada tahun 2013 para teknisi mulai beralih pada pengembangan mesin dan manufaktur, sehingga targetnya pembuatan enam prototipe pesawat KFX, bisa tercapai.
Pada tahun 2013 para teknisi mulai beralih pada pengembangan mesin dan manufaktur, sehingga targetnya pembuatan enam prototipe pesawat KFX, bisa tercapai.
Menurut Marsekal Madya TNI Eris Herryanto, teknisi yang dikirimIndonesia untuk melakukan alih teknologi pesawat tempur KFX/IFX bisa mengimbangi para teknisi Korea Selatan.
“Awalnya teknisi kita agak kesulitan mengimbangi teknisi mereka. Tapi, saat ini mereka sudah bisa mengimbangi,” ujarnya.
Tujuh bulan lalu, Indonesia mengirimkan
 37 teknisi untuk tahap awal proses alih teknologi. Mereka terdiri atas:
 enam pilot pesawat tempur TNI Angkatan Udara, tiga dari Badan 
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan, 24 teknisi dari PT 
Dirgantara Indonesia, dan empat dosen teknik penerbangan dari Institut Teknologi Bandung.
Kementerian Pertahanan akan mengirim para teknisi lanjutan, sesuai 
tahapan pembangunan pesawat. Saat ini Kemenhan sedang mempersiapkan 
sumber daya manusia serta sarana dan prasananya.

“Kita meminta kepada pihak Korea, pengembangan apa yang bisa dilakukan lebih awal. Kita berupaya melengkapi sesuai dengan keinginan mereka agar alih teknologi berjalan sebaik-baiknya,” tuturnya.
“Kita meminta kepada pihak Korea, pengembangan apa yang bisa dilakukan lebih awal. Kita berupaya melengkapi sesuai dengan keinginan mereka agar alih teknologi berjalan sebaik-baiknya,” tuturnya.
Ada sedikit perbedaan yang memunculkan diskusi panjang dengan delegasi 
DICC Korea, yakni soal perbedaan sistem antara industri pertahanan dalam
 negeri dan Korea Selatan. Di Korea Selatan, industri pertahanan murni 
digarap swasta, sedangkan diIndonesia di bawah BUMN. Perbedaan itu akan diminimalisir dengan beberapa point agreement tambahan.
Alih teknologi dari Korea Selatan tidak terfokus hanya pada hasil, 
tetapi pada proses. Hal ini agar proses alih teknologi benar-benar 
berjalan sempurna dan Indonesia membuat pesawat tempur sendiri.

Pimpinan DICC Korea Selatan Noh Dae-Lae mengatakan program alih teknologi dengan Indonesia berjalan baik. Kebijakan revitalisasi industri pertahanan di bawah kepemimpinanPresiden SBY, memiliki arah yang sama dengan kebijakan Korea Selatan.
Pimpinan DICC Korea Selatan Noh Dae-Lae mengatakan program alih teknologi dengan Indonesia berjalan baik. Kebijakan revitalisasi industri pertahanan di bawah kepemimpinanPresiden SBY, memiliki arah yang sama dengan kebijakan Korea Selatan.
“Diharapkan, hubungan kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan bisa
 terus ditingkatkan. Saya berharap kerja sama ini melaju cepat,” 
ujarnya.
Rencananya, proyek kerjasama ini berlangsung hingga 2020 dengan membuat 
150 pesawat senilai 8 miliar USD. Dari hasil kerjasama itu Indonesia 
akan mendapatkan 50 unit KFX/IFX dengan anggaran sebesar 1,6 miliar USD.
Saat ini Indonesia dan Korea sedang membahas jenis mesin yang akan 
digunakan KFX/IFX. Diharapkan mesin yang dipakai bisa sama, agar 
memudahkan pengerjaannya. Namun kebijakan luar negeri pembuat mesin jet 
tempur berbeda-beda.
Beberapa negara NATO misalnya enggan berbagi Transfer of Technologi 
(ToT) mesin jet tempur mereka, kepada Non-NATO/Sekutu. Untuk itu 
kandidat mesin pesawat KFX/IFX ada dua, antara Dassault Rafale atau 
Eurofighter Typhoon.

Jika Inggris tidak mau berbagi teknologi Eurofighter Typhoon dengan Indonesia, kemungkinan Indonesia akan mengusung mesin Dassault Rafale, Perancis. Karena itu, muncul wacana pembelian pesawat tempur Rafale oleh Indonesia, dengan harapan Perancis bersedia menjual mesin Dassault Rafale berikut ToT -nya. Sistem ini dilakukan Indonesia untuk Panser Anoa serta Kendaraan Tempur Taktis Sherpa.

Opsi ini sangat masuk akal karena hingga kini, belum ada negara yang membeli pesawat Rafale Perancis. India yang sudah di depan mata, tiba tiba mengalihkan pilihannya ke Eurofighter Typhoon.
Jika Inggris tidak mau berbagi teknologi Eurofighter Typhoon dengan Indonesia, kemungkinan Indonesia akan mengusung mesin Dassault Rafale, Perancis. Karena itu, muncul wacana pembelian pesawat tempur Rafale oleh Indonesia, dengan harapan Perancis bersedia menjual mesin Dassault Rafale berikut ToT -nya. Sistem ini dilakukan Indonesia untuk Panser Anoa serta Kendaraan Tempur Taktis Sherpa.
Opsi ini sangat masuk akal karena hingga kini, belum ada negara yang membeli pesawat Rafale Perancis. India yang sudah di depan mata, tiba tiba mengalihkan pilihannya ke Eurofighter Typhoon.
Pesawat tempur KFX/IFX yang dibangun adalah single-seat, twin-engine jet
 dengan kemampuan stealth. Pesawat generasi 4,5 ini ditargetkan memiliki
 kemampuan di atas F-16 atau setingkat dengan pesawat F-18 Amerika 
Serikat. (Jkgr).
Sumber : 
makasih gan infonya dan salam sukses
BalasHapusmantap bos artikelnya dan sangat menarik
BalasHapusterimakasih mas buat infonya dan semoga bermanfaat
BalasHapus