"Kalau yang sudah dibayar kita beli (alutsistanya). Yang ringan-ringankan masak nggak bisa. (Kalau) yang mahal-mahal misal (rencana) beli sepuluh ya kita beli delapan dulu," ungkap Ryamizard usai sidak persenjataan milik TNI AD di tiga kesatuan, yakni Kopassus, Yonkav 1/1 Kostrad, dan Yonif Mekanis 201 Jaya Yudha, Jakarta Timur, Rabu (2/9/2015).
Pemerintah sendiri sudah memperhitungkan mengenai keadaan ini. Mengenai rencana pembelian anggaran disebut Ryamizard sudah masuk dalam batasan tertinggi anggaran (pagu).
"Sudah ada pagunya kalau rencana sudah oke. Kalau resapan berjalan semua pasti akan berjalan dengan bagus," ujarnya.
Meski perekonomian nasional kembali bergejolak, menurut Ryamizard bukan berarti Indonesia harus menurunkan kewaspadaan dalam bidang pertahanan sebagai langkah pertimbangan. Pasalnya meningkatkan kekuatan militer sangat penting menyusul adanya potensi-potensi konflik yang bisa melibatkan Indonesia, seperti sengketa Laut China Selatan.
"Situasi sekarang memang tidak bagus, tapi Laut China Selatan kan dekat kita. Kita harus berjaga-jagalah. Nambah-nambah, daripada kita berdebar-debar terus kan. Walaupun mereka (negara yang bersengketa) tembak-tembakan kan berdebar-debar juga," jelas Ryamizard.
Untuk itu, dengan ekonomi yang melemah ini pihaknya akan betul-betul jeli dalam memutuskan membeli alutsista. Jika keadaan ekonomi membaik, Indonesia bisa kembali membeli tambahan alutsista yang diperlukan. Ryamizard juga menyebut, permasalahan ekonomi bukan hanya melanda Indonesia semata.
"Ada anggaran beli yang perlu saja. Ada yang sudah pesan bayar, biar resapan cepat teruskan saja. Kalau rupiah sudah normal beli nanti. Rusia saja babak belur, dan Malaysia (juga). Kita beli yang murah-murah kayak kekeran (teropong) masak nggak dibeli. Ya gitu nggak pengaruh lah," beber mantan KSAD ini.
Kementerian Pertahanan sendiri dalam waktu dekat akan melakukan penandatangan kontrak untuk pembelian pesawat tempur Sukhoi SU-35 dengan Rusia. Pesawat tersebut untuk menggantikan F-5 Tiger milik TNI AU yang sudah memasuki masa pensiun.
"Kita ingin membeli satu skadron, tetapi disesuaikan kemampuan pemerintah. (MoU) Bulan September ini," tutur Ryamizard.
Sebelumnya Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut anjloknya rupiah terhadap dolar akan berpengaruh terhadap pembelian alutsista. Terkait rencana pembelian alutsista, jajarannya pun dikatakan Gatot akan kembali melakukan evaluasi.
"Pasti ada pengaruhnya. Ya tentu akan kita evaluasi. Karena anggaran kita kan beda. Beda juga situasinya. Pasti akan kita evaluasi lagi. Kan belum jalan," tukas Gatot di Gedung Kementan, Ragunan, Jaksel, Rabu (26/8).
(elz/imk)
DETIK.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar