Minggu, 07 Februari 2016

Russia and Indonesia Negotiating Deliveries of Su-35 Fighters




At present Indonesian air forces are operating Russian Su-27 and Su-30 fighters and are interested in the even more advanced Su-35


















Indonesia is interested in purchasing the latest Russian multi-role Su-35 fighter; the negotiations have already been started, Interfax reports with reference to President of United Aircraft Corporation Yuri Slusar.
“Indonesian partners show interest in purchasing the jet. The negotiations are at the initial stage,” Slusar told Interfax in Ho Chi Minh City. It was reported earlier that Indonesian air forces are going to replace the outdated US F-5 fighters with the state-of-the-art Russian “4++”-generation Su-35 multi-role fighters.
We hope that the government will meet the needs of our air forces and purchase Su-35S fighters. We are willing to operate state-of-the-art “4++”-generation fighters,” Agus Supriatna told 
At present Indonesian air forces are operating Su-27SK and Su-30MK2 fighters. The jets are operated by 11th squadron of Indonesian air forces; its fleet comprises 5 single-seat Su-27SKM and 11 two-seat Su-30МК2.
Su-35 was developed by Sukhoi design bureau (part of United Aircraft Corporation). It is a “4++”-generation super-maneuverable multi-role fighter. The fifth-generation technologies have been used during development of the fighter granting its superiority over other fighters of this class.
Su-35 is fitted with state-of-the-art avionics suite based on digital information-control system, new radar with phased antenna array with increased acquisition range and increased number of simultaneously tracked and attacked targets, new engines with increased thrust and thrust vector control.
According to experts, Su-35 outmatches its analogues operated by foreign countries in terms of aircraft performance and its equipment allows carrying out a wide range of missions. The jet outmatches all the 4 and 4+-generation European fighters like Rafale and Eurofighter 2000, upgraded US fighters like F-15, F-16 and F-18. Su-35S is also able to react against fifth-generation fighter F-22A.
Russian Ministry of Defense is the launch customer for Su-35; it signed a state contract for delivery of 48 Su-35S jets in 2009.







Rilis resmi Pemerintah 

Kementerian Pertahanan memutuskan mengganti satu skuadron   16 unit F-5 Tiger milik TNI AU dengan Sukhoi SU-35 dari Rusia. F-5 Tiger diketahui telah memasuki masa purna tugas atau pensiun.

"Kita sepakat akan membeli satu skuadron Sukhoi SU-35 dari Rusia untuk menggantikan pesawat tempur F-5 Tiger," kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu usai sidak persenjataan milik TNI Angkatan Darat, di Jakarta

Pembelian SU-35 akan dilakukan secara bertahap menyesuaikan dengan kemampuan keuangan negara. Menhan beralasan, TNI AU sudah terbiasa menggunakan Sukhoi sehingga kembali dipilih pesawat canggih tersebut.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini mengatakan, penandatanganan kontrak pembelian SU-35 akan dilakukan pada September 2015. TNI AU diketahui telah mengoperasikan satu skuadron SU-27 dan SU-30.

Dirjen Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan Marsekal Muda TNI M. Syaugi mengatakan, pembelian pesawat SU-35 melalui alih teknologi atau transfer of technology (ToT) dengan pihak Rusia. Pembelian ini lengkap dengan sistem persenjataan.

Syaugi menambahkan Kemenhan menginginkan membeli 16 unit SU-35. Namun, semuanya tergantung dengan kemampuan keuangan pemerintah.


"Pembelian pesawat tempur canggih itu akan lengkap dengan senjatanya. Lebih baik sedikit ketimbang banyak, tetapi kosongan," kata Syaugi.

SUKHOI, FALCON AND GOLDEN EAGLE



























Senin, 04 Januari 2016

RUDAL RUDAL TNI AU FULL

R 73 arcer   RUDAL PEMBURU PANAS  TNI AU  /R77 / r72  VIMPEL  LEBIH UNGUYL DARI AMRAM 120 / KH 31 dan kh 29 te dan k77m



K-77M missile (1)





Archer_01


Vympel_R-73
Sensor berpemandu infra red pada moncong rudal.
Sensor berpemandu infra red pada moncong rudal.

AIM-9X merupakan versi paling anyar dari keluarga Sidewinder, rudal ini mulai dikembangkan pada tahun 1986. Rudal ini punya kemampuan first shot and first kill yang lebih responsif. Bahkan rudal ini dilengkapi thrust vectoring yang terhubung ke guidance fins, artinya rudal dapat mengejar target yang berbelok sekalipun. Radius putar AIM-9X mencapai 120 meter, dengan kemampuan ini, pesaswat peluncur tak perlu melakukan manuver untuk menyesuaikan dengan target.

R-73
Kedatangan secara bertahap jet su27/su30 membawa banyak harapan pada adopsi alutsista, termasuk di lini rudal. Tapi nyatanya, karena keterbatasan anggaran, sejak kedatangan Sukhoi gelombang pertama pada tahun 2003, maka baru sekitar tahun 2012 armada Sukhoi Skadron Udara 11 ini dibekali sista berupa rudal. Selama hampir 10 tahun, Sukhoi hanya dibekali kanon internal dan bom lokal Sungguh komposisi senjata yang amat memprihatinkan, mengingat tantangan tugas yang berat.

Salah satu Sukhoi Su-30 TNI AU. Tampak tepat dibawah hidung pesawat, rudal R-73 yang sedang di display.
Salah satu Sukhoi Su-27 TNI AU. Tampak tepat dibawah hidung pesawat, satu unit rudal R-73 sedang di display.
klz3
Dan seperti sudah banyak diulas, TNI AU kini sudah secara nyata menampilkan kombinasi rudal yang dibeli dari Rusia. Terdiri dari rudal udara ke udara dan rudal udara ke permukaan. Lini rudal udara ke permukaan (ASM), yaitu kh 31 dan kh 29 . Keduanya telah kami kupas di artikel sebelumnya. Sementara di lini rudal udara ke udara, TNI AU memboyong R-77 dan R-73.
Khusus mengupas R-73 (AA-11 Archer – dalam kode NATO), bisa disebut inilah rudal yang punya komparasi full dengan Sidewinder. Bila Sidewinder menjadi lambang supremasi AAM jarak dekat AS dan NATO, maka R-73 pun menjadi andalan sejak era Uni Soviet dan Pakta Warsawa. Dan, serupa dengan Sidewinder, R-73 pun terdiri dari beragam varian, karena rudal ini sejatinya bukan produk yang baru-baru amat.
AA-11_Archer_missile
Bagian belakang rudal R-73.
Bagian belakang rudal R-73.
Sebagai peninggalan Perang Dingin, R-73 pertama kali dikembangkan pada tahun 1973 oleh Vympel NPO. Dan setelah lewat serangkaian uji, R-73 mulai digunakan oleh AU Soviet pada tahun 1982. Serupa dengan Sidewinder, R-73 juga mengincar panas yang dihasilkan target, yakni dengan pemandu sensor infra merah (infra red guided) all aspect. Ini artinya R-73 dapat menghajar target dari beragam sudut dan posisi. Rudal ini dipersiapkan untuk meladeni dog fightpaling berat sekalipun, yaitu hingga level 12G, tidak itu saja, R-73 secara teori dapat dioperasikan dari segala kondisi cuaca, dan hebatnya lagi rudal ini sudah anti jamming.

Serupa dengan AIM-9X Sidewinder, R-73 dapat diintegrasikan dengan helm pilot, memungkinkan pilot untuk membidik sasarannya dengan hanya melihatnya saja. R-73 ditenagai oleh sebuah mesin roket berbahan bakar padat (solid fuel rocket engine). Untuk bermanuver, R-73 memiliki empat sirip kontrol yang terletak di bagian depan serta stabilizer di bagian belakang sayap. Tak kalah dengan Sidewinder terbaru, R-73 juga memiliki thrust-vectoring yang memungkinkannya untuk melakukan manuver paling ekstrim sekalipun.
R-73 menjadi senjata standar pada Sukhoi Su-27/30. Rudal ini biasa ditempatkan pada kedua ujung sayap. Mirip pada pola Sidewinder.
R-73 menjadi senjata standar pada Sukhoi Su-27/30. Rudal ini biasa ditempatkan pada kedua ujung sayap. Mirip pada pola Sidewinder.



.
Su-35 nampak gagah dengan bekal rudal R-73.
Su-35 nampak gagah dengan bekal rudal R-73.

R-73 yang saat ini diproduksi oleh Tbilisi Aircraft Manufacturing dapat menguber sasaran hingga kecepatan 2.5 Mach. Dari berat totalnya yang 105 kg, 7,4 kg di dalamnya berupa hulu ledak. Bagaimana dengan soal jangkauan? Untuk yang satu ini R-73 punya perbedaan antar varian. Untuk tipe R-73E (20 km), R-73M1 (30 km), dan R-73M2 (40 km). Manakah diantara ketiganya yang dimiliki Indonesia? Jawabannya masih harus menunggu konfirmasi pihak TNI AU. Besar harapan kita, yang dimiliki TNI AU adalah versi R-73M1/M2, sebab rudal yang dikembangkan sejak 1994 ini telah ditingkatkan kemampuan IRCCM (Infra red counter-counter measure), selain sistemnya sudah full digital.
Berapakah R-73 yang dimiliki TNI AU? Menurut laporan SIPRI (Stockholm International Peace Research Institute), lembaga independen internasional yang didedikasikan untuk penelitian konflik, persenjataan, pengawasan senjata dan perlucutan senjata yang bermarkas di Swedia. Disebutkan, pada tahun 2011 tercatat transaksi pengadaan 75 unit R-73 oleh Indonesia. Tapi jangan anggap Indonesia jadi paling superior dengan R-73, sebab lagi-lagi AU Malaysia (TUDM) lebih dulu kedatangan R-73 untuk melengkapi sista Sukhoi Su-30 MKM-nya. Selain Malaysia, Vietnam pun mengadopsi rudal ini.












Dengan penggerak solid fuel rocket motor, R-27 punya kecepatan luncur antara mach 2,5 hingga 4,5, laju luncur rudal juga terkait dengan kondisi cuaca dan 

K 13 
Kilas balik ke masa keemasan militer Indonesia di tahun 60-an, AURI (TNI AU-kini) sebenarnya juga sudah memiliki rudal udara ke udara jarak dekat yang cukup canggih pada masanya. Rudal ini tak lain adalah K-13 buatan Vympel dari Uni Soviet. Pada awal kehadiran  MIG 21 di Tanah Air, K-13 menjadi ikon senjata utama yang tak terpisahkan dari MIG 21  dalam gelar operasi Trikora.


Rudal K-13 pada MiG-21 Fishbed AURI di museum Dirgantara -  Yogyakarta.
Rudal K-13 pada MiG-21 Fishbed AURI di museum Dirgantara – Yogyakarta.



DSCN2086
K-13, dalam kode NATO disebut AA-2 Atoll, tak lain dalah rudal jarak dekat dengan jangkauan maksimum 8 Km. Yang paling menarik, desain dan konsep rudal ini memang menyadur Sidewinder, rudal legendaris milik AS. Menurut kisah yang beredar luas, pada 28 September 1958, sebuah AIM-9B yang ditembakkan dari sebuah F86 Taiwan dengan target sebuah MiG-17 Republik Rakyat Cina tetapi tidak. Rudal tersebut hanya menancap di ekor pesawat MiG dan dibawa kembali ke pangkalan dan menjadi contoh pengembangan rudal Uni Soviet.



Spesifikasi R-73

Manufaktur : Vympel dan Tblisi Aircraft Manufacturing
Berat : 10 kg
Berat hulu ledak : 7,4 kg
Panjang : 2,9 meter
Diameter : 17 centimeter
Wingspan : 51 centimeter
Kecepatan : 2.5 Mach
Jangkauan Maks : 40 km
Tenaga : solid fuel rocket engi


kh 29  uji coba pada latgab 2014