Senin, 19 Januari 2015

SU -30 BM KANDIDAT PILIHAN TNI AU






Inilah pilihan  TNI AU  , SU-30 BM. calon  penganti pesawat tempur F-5 Tiger II.  hal  ini terungkap dalam hasil  pertemuan  Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin mengatakan, Rusia berharap Indonesia menyetujui pembelian pesawat tempur Sukhoi jenis Su-35 untuk memperkuat pertahanan udara dalam negeri. "Kami berharap kesepakatan pembelian Su-35 bisa terjadi. Kerja sama militer antara kedua negara sudah berlangsung sejak lama dan kami ingin bisa terus berlanjut," ujar Galuzin di kediaman Duta Besar Rusia, Jakarta, Senin (19/1/2015). Dia menambahkan, Rusia selalu siap jika memang nantinya Indonesia sepakat untuk membeli Su-35 demi menambah unit pesawat tempurnya.

 Su-35 BM sendiri merupakan pesawat tempur generasi 4,5 buatan "Komsomolsk-on-Amur Aircraft Production Association". Jika pembelian jadi dilakukan, Su-35 akan melengkapi jajaran Sukhoi yang sudah dimiliki TNI sebelumnya.


Jumat, 16 Januari 2015

CALON KAPAL INDUK CINA

CALON KAPAL INDUK CINA



Desain kapal induk nuklir China

China sedang mengembangkan kapal induk besar bertenaga nuklir yang mirip dengan kapal induk Kelas Nimitz atau Kelas Ford milik Angkatan Laut Amerika Serikat. Tiga model kapal induk nuklir masa depan China ditampilkan di Jinshuai Model Crafts di Zhanjiang Provinsi Guangdong.  Jinshuai Model Crafts terletak dekat dengan markas besar Armada Laut Selatan Angkatan Laut PLA, dan model disana biasanya mengindikasikan secara akurat bagaimana bentuk dan rincian desain kapal perang China di masa depan.

Di bawah ini tampak samping model kapal induk China dan kapal induk kelas Nimitz Angkatan Laut Amerika Serikat.

Desain kapal induk nuklir China
Desain kapal induk nuklir China
Kapal induk kelas Nimitz Angkatan Laut AS
Kapal induk kelas Nimitz Angkatan Laut AS
Keduanya terlihat mirip, namun tampak jelas yang menjadi pembeda adalah model kapal induk China tampak masih menggunakan Ski Jump, sedangkan Nimitz tidak.

Tiga model kapal induk telah dibuat oleh China, dan masing-masing diberikan nomor 17, 18, dan 19. Tiga model kapal induk ini juga mengindikasikan seberapa banyak kapal induk yang akan China bangun dalam waktu dekat.

Dilansir dari Want China Times, model 17 (CV-17) masih mempertahankan beberapa karakteristik lambung Liaoning, seperti dek dengan ski jump. Namun CV-18 dan CV-19 akan benar-benar berbeda dari Liaoning yang notabene desain Uni Soviet, lebih mirip dengan kapal induk Kelas Nimitz atau Kelas Ford Angkatan Laut AS. 

Desain kapal induk nuklir China
Desain kapal induk nuklir China

Menurut sebuah artikel di laman National Interest, masih terdapat beberapa kesalahan dalam model tersebut, posisi blast deflector dan ketapel CV-18 salah, tapi mungkin kesalahan ini hanya kesalahan pembuat modelnya. Kapal induk ini dilengkapi dengan enam set tabung tunggal artileri 30 mm, empat set HHQ-10 point defense missiles, dan empat sistem laser anti rudal.

Ahli pertahanan Du Wenlong, seperti dilansir Want China Times menyebutkan bahwa Angkatan Laut China membutuhkan minimal tiga kapal induk. Satu kapal akan aktif bertugas, satu kapal lagi melakukan latihan, dan kapal lainnya menjalani perawatan. Setelah tiga kapal induk selesai dibangun, kapal induk satu-satunya China Liaoning kemungkinan besar hanya akan digunakan sebagai kapal induk khusus untuk pelatihan.

Masalah Software: F-35 Tidak Bisa 'Menembak' Hingga 2019


F-35A

Jet tempur F-35 Pentagon mungkin belum akan beroperasi sepenuhnya hingga tahun 2019, hal ini karena ditemukan kesalahan pada komputernya baru-baru ini. Padahal jet termahal AS yang proyeknya senilai USD 400 miliar ini direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun depan.

F-35 adalah pesawat tempur generasi kelima yang terdiri dari tiga varian, yaitu untuk Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Korps Marinir Amerika Serikat untuk menggantikan pesawat tempur sebelumnya. Rencananya, F-35 akan bergabung dengan Korps Marinir AS pada tahun depan dan Angkatan Udara AS pada tahun 2016.

F-35 dikembangkan untuk menggantikan pesawat serangan darat A-10 Warthog dan F-16 Angkatan Udara AS, pesawat berbasis kapal induk Boeing F/A-18 Hornet Angkatan Laut, dan Boeing AV-8B Harrier II Jump Jet milik Korps Marinir AS.

Namun, senjata utama pesawat ini yang paling ditunggu tidak akan bisa berfungsi akibat kesalahan pada komputernya. Meriam rotary empat laras untuk F-35 varian Angkatan Udara (F-35A) tidak bisa berfungsi hingga software baru dikembangkan, padahal pesawat ini akan segera bergabung dengan Angkatan Udara AS pada tahun depan.

"Tidak akan ada senjata hingga ada software 3F (Joint Strike Fighter), tidak ada software untuk mendukung penggunaan senjata atau (bahkan hingga) empat tahun kedepan," kata seorang pejabat Angkatan Udara AS yang turut dalam proyek F-35 mengatakan kepada Daily Beast. "(Software) Block 3F dijadwalkan baru akan dirilis pada tahun 2019."

Masalah ini terbilang sangat akut untuk sebuah jet tempur dengan salah satu misinya untuk operasi dukungan udara (Close Air Support/CAS). F-35 memang masih dipersenjatai dengan senjata lain, tapi ini masih belum cukup.

"Kurang canggihnya tembakan artileri di sebuah pesawat dalam mendukung operasi CAS merupakan suatu kecacatan besar," seorang pilot berpengalaman memberikan komentar kepada Daily Beast. "(Padahal) Pertempuran CAS lebih sering terjadi."

Dilengkapi dengan senjata, versi F-35A Angkatan Udara membawa amunisi yang cukup. Meskipun mampu menembak hingga 3.300 putaran per menit, namun pesawat ini hanya membawa membawa 180-220 putaran. Dua F-35 versi lain yaitu versi Angkatan Laut dan Korps Marinir memiliki konfigurasi pod senjata eksternal yang berbeda.

Produksi F-35 yang menghadapi penundaan dan masalah membengkaknya biaya proyek akibat berbagai masalah pada perangkat lunak dan cacat produksi. Proyek jet yang telah menelan biaya USD 400 miliar dimulai pada tahun 2006. Biaya telah membengkak dua kali lipat sejak awal konstruksi pada tahun 2011, sehingga menjadikan proyek F-35 sebagai proyek senjata termahal dalam sejarah militer.

Namun, Pentagon membantah pengoperasian F-35 akan tertunda, International Business Times melaporkan. Di samping itu juga tidak ada pihak yang bertanggung jawab pada proyek F-35 (dalam hal ini Lockheed Martin) yang memberikan komentar perihal ini.

Desember lalu, masalah dengan bahan bakar juga ditemukan. Mesin F-35 akan mati ketika bahan bakar terlalu panas, meskipun informasi ini dibantah oleh Pentagon.

Musim panas lalu, F-35 seharusnya menjadi bintang penerbangan pada pameran udara Farnborough Air Show di Hampshire, Inggris, namun pesawat yang paling ditunggu penampilannya ini tidak muncul. Hal ini terkait pengandangan seluruh F-35 sebelumnya akibat insiden kebakaran F-35 di sebuah Pangkalan Udara di Florida pada bulan Juni 2014.

Pentagon berencana membeli 2.443 jet F-35 dalam tiga varian. Inggris juga telah mengorder 14 jet, Namun, proyek pesawat tempur generasi kelima ini semakin menuai kritikan tajam terkait biaya pengembangannya yang fantastis.

"Bagi saya, hal ini memberikan indikasi jelas bahwa program (F-35) ini dalam masalah serius," kata seorang pejabat Angkatan Udara AS kepada Daily Beast.

F-35 dirancang dan dibangun oleh perusahaan Amerika Lockheed Martin Aeronautics yang sebelumnya memproduksi F-16 Fighting Falcon, pesawat tempur multiperan yang memiliki reputasi yang baik di seluruh dunia. (RIA Novosti)