Minggu, 21 Desember 2014

Pesawat maritime patrol Aron MK2



Aoron MK2 indonesia adalah kombinasi antara kapal ampibi ringan dan pesawat aeromodeling.adapun kegunaan nya untuk misi pemantauan dan misi mata mata.dengan kemampuan dapat terbang rendah diatas ombak  setinggi 2 meter menjadikan nya sulit di tangkap radar.hanya  TNI AL  yang tahu maksud dan kegunaannya ,karena telah  melakukan uji coba.




Pesawat patroli laut  Aron Flyng Ship MK2 Indonesia

menurut sumber, pesawat amfibi Aron Flying Ship, Pesawat ini dipandang ideal untuk kepentingan penyelamatan di laut,pengawasan laut serta pengintaian laut. dengan dua opsi pilihan mengunakan bahan bakar BBM atau batere//Aki. uji terbang pesawat Aron Flying Ship seri M-50 pernah di lakukan  di Dermaga Dayung, Pangkalan Komando Pasukan Katak TNI AL, Tanjung Priok, Jakarta, 

pesawat Aron Flying Ship ini produk yang  dapat beroperasi di udara dan air dengan kecepatan tinggi.  Saat di laut kecepatan pesawat bisa mencapai 54 knots atau 100 km per jam dan kecepatan 220 km per jam saat di udara. “Berkecepatan tinggi, namun tetap stabil pada kecepatan rendah,” beroperasi dalam segala kondisi cuaca ini memiliki kemudahan dalam perawatan dan pengoperasian serta hemat energi. Dengan 200 liter bahan bakar sejenis pertamax, Aron Flying Ship bisa terbang sejauh 800 km. Untuk bisa take off, pesawat ini hanya membutuhkan landasan air sepanjang 200-400 m dan diklaim mampu landing di perairan laut dengan kedalaman 50 m.  “Flying Ship juga bisa terbang walaupun ombak di laut mencapai 2 meter.

 Aron Flying Ship menggunakan mesin berkekuatan 250 tenaga kuda. Dengan spesifikasi tersebut, pesawat amfibi ini memiliki kegunaan yang sangat penting untuk operasi pengintaian, navigasi, dan penyelamatan di laut. Apalagi di negara kepulauan seperti Indonesia. “Aron Flying Ship sangat tepat untuk  Indonesia. Dengan banyak illegal fishing dan destructive fishing, pesawat dapat membantu pemerintah memberantas kapal asing yang melakukan pencurian ikandi laut nusantara.

  Kelebihan lain, pesawat ini tidak terdeteksi radar karena terbang rendah maksimal di ketinggian 150 m di bawah permukaan laut. Pesawat juga bisa beroperasi pada malam hari untuk pengintaian karena dilengkapi dengan inframerah.

 Bodi pesawat dibuat dari kevlar komposit karbon atau bahan yang biasa digunakan rompi antipeluru dengan bobot mencapai 1,7 ton untuk tipe M- 50. Pesawat ini hanya memiliki panjang 10 m, rentang sayap 12 m, dan tinggi 3 m. Khusus tipe M-50, kapasitas penumpang hanya empat orang, belum termasuk pilot dan kopilot.  

Sedangkan tipe M-80 mampu mengangkut delapan orang. Jenis lain yang dapat digunakan untuk kepentingan militer yakni Aron MK80 dan Aron M200 berkapasitas 20 orang. cocok untuk menjaga keamanan laut, terlebih untuk mencegah maraknya pencurian ikan di wilayah perairan Indonesia.

harga yang dibanderol untuk sebuah Aron Flying Ship  sebesar USD 5 juta per unit, angka itu relatif cukup murah, terutama jika dilihat dari kemampuannya yang komplit. 
namun kembali ke pada masalah niat dan keinginan yang tulus selain masalah dana dan bahan bakar untuk operasional.

beberapa negara  bahkan telah mengunaakan  pesawat tipe  ini  dengan di modifikasi  mengunakan gatling gun dan senapan mesin, serta roket louncer .seperti  Iran,Korea selatan dan lain nya.









   






sumber: antara news dan berbagai sumber lainya

Minggu, 14 Desember 2014

HARI JUANG KARTIKA 2014

PAMERAN ALUSISTA TNI AD 2014  DI MONAS


Pameran alusista TNI AD 2014 yang bertepatan dengan Hari juang Kartika, ada beberapa informasi yang bisa saya korek dari bapak bapak anggota dari berbagai kesatuan.sebut saja dari KOSRAD,KOPASUS,Arhanud AD,Persenjataan Infantri,dan lainnya. ada beberapa kabar termasuk  pembelian helicopter chinook yang telah selesai MoU dan tinggal menungu pengiriman nya, lalu untuk Apache 46d  akan datang paling cepat 2015-2016 sejumlah 8 unit dan 4 unit tambahan versi terbaru dan info nya telah di bayar lunas,saat ini beberapa pilot dan calon pilot sedang dikirim untuk belajar mengunakan ke dua helicopter tersebut.termasuk puluhan crew darat yang sedang "belajar" untuk perawatan dan  perbaikan mesin.

untuk yang paling heboh saya bilang adalah divisi arhanud AD , jika tidak ada halangan mungkin S-300 PMU rusia  atau yang dari india dengan brahmos nya akan masuk dalam daftar belanja MEF II, ungkap sang anggota,karena sudah ada pembicaraan kearah sana dan sisanya yang menentukan adalah pemerintah. sementara untuk kedepan alusista di utamakan dari produksi dalam negeri, terutama R-HAN dan RX yang akan menjadi  sumber utama kebutuhan alusista untuk masa depan.('kita ada pembicaraan dengan rusia dan india untuk rudal jarak menengah dengan jarak 100-300km lebih")ungkap anggota yang saya isenk bertanya,, namun meminta jangan di sebutkan nama nya.



ini poto ketika panglima TNI berkunjung ke stand Brahmos India pada saat pameran indodefence 2014....mungkin ini hubungan dengan rencana pembelian brahmos india 







*mohon maaf jika foto nya jelek dan kurang bagus.maklum cuma OB kantoran












foto  foto hasil  pameran alusista TNI AD 2014














































Jumat, 12 Desember 2014

ketika gambar lebih bermakna






NAZI JERMAN DI INDONESIA

Armada Kapal Selam Jerman (U-Boat) Di Indonesia!



 Enam orang awak U-195 yang tadinya hendak bergabung dengan pejuang kemerdekaan di Bogor tapi kemudian malah tertangkap Belanda di Pasar Pesing, Jakarta. Mereka lalu ditahan di Penjara Glodok, terus di Pulau Onrust (September 1945 - Januari 1946), sebelum dipindahkan ke Malang sampai dengan tahun 1948 karena Inggris dan Belanda khawatir mereka berupaya dibebaskan oleh TKR dan para pejuang kemerdekaan lainnya. Berdiri, dari kiri ke kanan: Oberleutnant zur See Fritz Arp (16 Januari 1915 - 29 Juni 1963), Wachtoffizier; Maschinenmaat Erich Döring (29 Maret 1921); dan Hans Philipsen. Jongkok: Alfred Pschunder; Maschinenobergefreiter Heinz Ulrich (10 Agustus 1924); dan Oberleutnant (Ing.) Herbert Weber (3 Juni 1914). Saya tidak berhasil menemukan keterangan mengenai Philipsen serta Pschunder dalam daftar 95 orang yang pernah bertugas di U-195,






BERKECAMUKNYA Perang Dunia II Teater Asia-Pasifik, yang terjadi di Indonesia, diwarnai kehadiran pasukan Nazi Jerman. Aksi mereka dilakukan usai menyerahnya Belanda kepada Jepang di Kalijati, Subang, 8 Maret tahun 1942, atau 64 tahun silam. Namun, kehadiran Nazi Jerman ke Indonesia seakan terlupakan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Kehadiran pasukan Nazi Jerman di Indonesia, secara umum melalui aksi sejumlah kapal selam (u-boat/u-boote) di Samudra Hindia, Laut Jawa, Selat Sunda, Selat Malaka, pada kurun waktu tahun 1943-1945. Sebanyak 23 u-boat mondar-mandir di perairan Indonesia, Malaysia, dan Australia, dengan pangkalan bersama Jepang, di Jakarta, Sabang, dan Penang, yang diberangkatkan dari daerah pendudukan di Brest dan Bordeaux (Prancis) Januari-Juni 1943.

Beroperasinya sejumlah u-boat di kawasan Timur Jauh, merupakan perintah Fuehrer Adolf Hitler kepada Panglima Angkatan Laut Jerman(Kriegsmarine), Admiral Karl Doenitz. Tujuannya, membuka blokade lawan, juga membawa mesin presisi, mesin pesawat terbang, serta berbagai peralatan industri lainnya, yang dibutuhkan "kawan sejawatnya", Jepang yang sedang menduduki Indonesia dan Malaysia. Sepulangnya dari sana, berbagai kapal selam itu bertugas mengawal kapal yang membawa "oleh-oleh" dari Indonesia dan Malaysia, hasil perkebunan berupa karet alam, kina, serat-seratan, dll., untuk keperluan industri perang Jerman di Eropa.

Pada awalnya, kapal selam Jerman yang ditugaskan ke Samudra Hindia dengan tujuan awal ke Penang berjumlah 15 buah, terdiri U-177, U-196, U-198, U-852, U-859, U-860, U-861, U-863, dan U-871 (semuanya dari Type IXD2), U-510, U-537, U-843 (Type IXC), U-1059 dan U-1062 (Type VIIF). Jumlahnya kemudian bertambah dengan kehadiran U-862 (Type IXD2), yang pindah pangkalan ke Jakarta.

Ini disusul U-195 (Type IXD1) dan U-219 (Type XB), yang mulai menggunakan Jakarta sebagai pangkalan pada Januari 1945. Sejak itu, berduyun-duyun kapal selam Jerman lainnya yang masih berpangkalan di Penang dan Sabang ikut pindah pangkalan ke Jakarta, sehingga Jepang kemudian memindahkan kapal selamnya ke Surabaya.

Adalah U-862 yang dikomandani Heinrich Timm, yang tercatat paling sukses beraksi di wilayah Indonesia. Berangkat dari Jakarta dan kemudian selamat pulang ke tempat asal, untuk menenggelamkan kapal Sekutu di Samudra Hindia, Laut Jawa, sampai Pantai Australia.

Nasib sial nyaris dialami U-862 saat bertugas di permukaan wilayah Samudra Hindia. Gara-gara melakukan manuver yang salah, kapal selam itu nyaris mengalami "senjata makan tuan", dari sebuah torpedo jenis homming akustik T5/G7 Zaunkving yang diluncurkannya. Untungnya, U-862 buru-buru menyelam secara darurat, sehingga torpedo itu kemudian meleset.

Usai Jerman menyerah kepada pasukan Sekutu, 6 Mei 1945, U-862 pindah pangkalan dari Jakarta ke Singapura. Pada Juli 1945, U-862 dihibahkan kepada AL Jepang, dan berganti kode menjadi I-502. Jepang kemudian menyerah kepada Sekutu, Agustus tahun yang sama. Riwayat U-862 berakhir 13 Februari 1946 karena dihancurkan pasukan Sekutu di Singapura. Para awak U-862 sendiri semuanya selamat dan kembali ke tanah air mereka beberapa tahun usai perang.



Dilindungi pribumi

Usai Jerman menyerah kepada Sekutu di Eropa pada 8 Mei 1945, berbagai kapal selam yang masih berfungsi, kemudian dihibahkan kepada AL Jepang untuk kemudian dipergunakan lagi, sampai akhirnya Jepang takluk pada 15 Agustus 1945 usai dibom nuklir oleh Amerika.

Setelah peristiwa itu, sejumlah tentara Jerman yang ada di Indonesia menjadi luntang-lantung tidak punya kerjaan. Orang-orang Jerman mengambil inisiatif agar dapat dikenali pejuang Indonesia dan tidak keliru disangka orang Belanda. Caranya, mereka membuat tanda atribut yang diambil dari seragamnya dengan menggunakan lambang Elang Negara Jerman pada bagian lengan baju mereka.

Para tentara Jerman yang tadinya berpangkalan di Jakarta dan Surabaya, pindah bermukim ke Perkebunan Cikopo, Kec. Megamendung, Kab. Bogor. Mereka semua kemudian menanggalkan seragam mereka dan hidup sebagai "warga sipil" di sana.

Pengamat sejarah militer Jerman di Indonesia, Herwig Zahorka, mengisahkan, pada awal September 1945 sebuah Resimen Ghurka-Inggris di bawah komandan perwira asal Skotlandia datang ke Pulau Jawa. Mereka kaget menemukan tentara Jerman di Perkebunan Cikopo.

Sang komandan bertanya kepada Mayor Angkatan Laut Jerman, Burghagen yang menjadi "sesepuh" di sana, untuk mencari tempat penampungan di Bogor.

Menggunakan 50 truk eks pasukan Jepang, orang-orang Jerman di Perkebunan Cikopo itu dipindahkan ke tempat penampungan di Bogor. Namun mereka harus kembali mengenakan seragam mereka, memegang senjata yang disediakan pasukan Inggris, untuk melindungi tempat penampungan yang semula ditempati orang-orang Belanda.

Setelah peristiwa itu, Inggris menyerahkan sekira 260 tentara Jerman kepada Belanda yang kemudian ditawan di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu.

Tercatat pula, beberapa tentara Jerman melarikan diri dari Pulau Onrust, dengan berenang menyeberang ke pulau lain. Di antaranya, pilot pesawat angkatan laut bernama Werner dan sahabatnya Lvsche dari U-219.

Selama pelarian, mereka bergabung dengan pejuang kemerdekaan Indonesia di Pulau Jawa, bekerja sama melawan Belanda yang ingin kembali menjajah. Lvsche kemudian meninggal, konon akibat kecelakaan saat merakit pelontar api



Jakarta Pernah Disinggahi Senjata Nuklir

U-195 dan U-219 Nyaris Ubah Sejarah
DARI berbagai kapal selam Jerman yang beraksi di Indonesia adalah U-195 dan U-219 yang bisa mengubah sejarah di Asia-Pasifik, jika Jerman dan Jepang tidak keburu kalah. Kedua kapal selam itu membawa uranium dan roket Nazi Jerman, V-2, dalam keadaan terpisah ke Jakarta, untuk dikembangkan pada projek senjata nuklir pasukan Jepang di bawah pimpinan Jenderal Toranouke Kawashima.

Ini merupakan langkah Jerman membantu Jepang, yang berlomba dengan Amerika Serikat dalam membuat senjata nuklir untuk memenangkan Perang Dunia II di Kawasan Asia-Pasifik. Rencananya, projek senjata nuklir Jepang untuk ditembakkan ke wilayah Amerika Serikat.

Kapal selam U-195 tiba di Jakarta pada 28 Desember 1944 dan U-219 pada 11 Desember 1944. Richard Besant dalam bukunya berjudul Stalin's Silver dan Robert K Wilcox dalam Japan's Secret War, hanya menyebutkan, kedua kapal selam itu membawa total 12 roket V-2 dan uranium ke Jakarta.

Namun, berbagai catatan tentang diangkutnya uranium dan roket V-2 untuk Jepang itu melalui Indonesia, hanya berhenti sampai ke Jakarta. Seiring menyerahnya Jerman kepada pasukan Sekutu di Eropa pada 8 Mei 1945, keberadaannya tidak jelas lagi.

Sementara itu, projek senjata nuklir Jepang di Hungnam, bagian utara Korea, sudah menguji senjata nuklirnya sepekan lebih cepat dari Amerika Serikat. Namun Jepang kesulitan melanjutkan pengembangan, karena untuk material pendukung harus menunggu dari Jerman.

Kapal selam U-195 dan U-219 kemudian dihancurkan pasukan sekutu, saat keduanya sudah berpindah tangan ke Angkatan Laut Jepang. Sebagian awak U- 95 sendiri, ada yang kemudian meninggal dan dimakamkan di Indonesia.

Kapal U-195 (Type IXD1) dikomandani Friedrich Steinfeld, selama tugasnya sukses menenggelamkan dua kapal sekutu total bobot mati 14.391 GRT dan merusak sebuah kapal lainnya yang berbobot 6.797 GRT. Kapal selam itu kemudian dihibahkan ke AL Jepang di Jakarta pada Mei 1945 dan berubah menjadi I-506 pada 15 Juli 1945. Kapal ini kemudian dirampas Pasukan Sekutu di Surabaya pada Agustus 1945 lalu dihancurkan tahun 1947.

Sedangkan U-219 (Type XB) dikomandani Walter Burghagen, yang selama aksinya belum pernah menenggelamkan kapal musuh. Kapal selam ini kemudian dihibahkan ke AL Jepang di Jakarta, lalu pada 8 Mei 1945 berubah menjadi I-505. Usai Jepang menyerah Agustus 1945, I-505 dirampas Pasukan Sekutu lalu dihancurkan di Selat Sunda oleh Angkatan Laut Inggris pada tahun 1948.

Kisah aksi tugas kapal selam Jerman selama perang Dunia II juga menjadi ilham dibuatnya film berjudul "Das-Boot," yang dirilis di Jerman tahun 1981. Salah satu nara sumber autentik mengenai kehidupan para awak u-boat, adalah mantan perwira pertama dari U-219, Hans Joachim Krug, yang kemudian menjadi konsultan film itu.

Tak heran, pada film berdurasi 145 menit tersebut, para awak kapal selam Jerman tergambarkan secara autentik. Pergi berpenampilan rapi namun pulang dalam keadaan dekil, maklum saja karena berhari-hari bahkan berminggu-minggu di dalam air, mereka jarang mandi sehingga janggut, kumis, dan rambut pun cepat tumbuh.

U-234 KS modern xb
Sementara itu, pada jalur pelayaran lain, U-234 yang juga dari Type XB berangkat menuju Jepang melalui Lautan Artik menjelang Mei 1945. Kapal selam itu juga mengangkut komponen roket V2 dan 500 kg uranium untuk projek nuklir pasukan Jepang, serta membawa pesawat tempur jet Me262.

Kapal U-234 membawa Jenderal Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe), sejumlah rancangan senjata paling mutakhir Jerman saat itu, serta dua orang perwira Jepang. Selama perjalanan, sejumlah kapal perang dan pesawat Sekutu mencoba menenggelamkan U-234.

Usai Jerman menyerah, 8 Mei 1945, sejumlah awak U-234 memutuskan menyerah kepada pasukan Amerika Serikat. Dari sini cerita berkembang, pasukan Amerika mendapati kapal selam itu membawa uranium yang kemudian digunakan untuk projek Manhattan dalam produksi bom nuklir mereka.

Muncul kemudian spekulasi, bom nuklir yang berbahan uranium dari U-234 itu, kemudian digunakan Amerika untuk mengebom Nagasakidan Hiroshima Jepang pada Agustus 1945.


Misteri Hilangnya U-196 di Laut Kidul

DARI sejumlah kapal selam Jerman yang beraksi di perairan Indonesia, adalah U-196 yang masih menyimpan misteri keberadaannya.

Sampai kini, nasib kapal selam Type IXD2 itu hanya dikabarkan hilang di Laut Kidul (sebutan lain untuk bagian selatan Samudra Hindia).

Berbagai catatan resmi u-boat di Jerman, U-196 dinyatakan hilang bersama seluruh 65 awaknya di lepas pantai Sukabumi sejak 1 Desember 1944. Sehari sebelumnya, kapal selam yang dikomandani Werner Striegler itu, diduga mengalami nasib nahas saat menyelam.

Kapal selam U-196 meninggalkan Jakarta pada 29 November 1944, namun kemudian tak diketahui lagi posisi terakhir mereka selepas melintas Selat Sunda. Pesan rutin terakhir kapal selam itu pada 30 November 1944 hanya "mengabarkan" terkena ledakan akibat membentur ranjau laut lalu tenggelam.

Namun dari ketidakjelasan nasib para awak U-196, ada satu nama yang dinyatakan meninggal di Indonesia. Ia adalah Letnan Dr. Heinz Haake yang makamnya ada di indonesia, bersama sembilan tentara Nazi Jerman lainnya.

Minim catatan mengapa jasad Haake dapat dimakamkan di sana, sedangkan rekan-rekannya yang lain tak jelas nasibnya. Hanya kabarnya, ia dimakamkan atas permintaan keluarganya.

Selama kariernya, U-196 pernah mencatat prestasi saat masih dipimpin komandan sebelumnya, Friedrich Kentrat. Kapal selam itu melakukan tugas patroli terlama di kedalaman laut selama 225 hari, mulai 13 Maret s.d. 23 Oktober 1943. Kapal tersebut menenggelamkan tiga kapal musuh dengan total bobot 17.739 GRT.

Posisi Friedrich Kentrat kemudian digantikan Werner Striegler (mantan komandan U-IT23) sejak 1 Oktober 1944, sampai kemudian U-196 mengalami musibah sebulan kemudian.

Kendati demikian, sebagian pihak masih berspekulasi atas tidak jelasnya nasib sebagian besar awak U-196. Walau secara umum mereka dinyatakan ikut hilang bersama kapal selam itu di Laut Kidul, namun ada yang menduga sebagian besar selamat.

Konon, kapal ini datang ke Amerika Selatan kemudian sebagian awaknya bermukim di Iqueque, Chile. Dari sini pun, tak jelas lagi apakah U-196 akhirnya benar-benar beristirahat di sana, apakah kemudian kapal selam itu ditenggelamkan atau dijual ke tukang loak sebagai besi tua, dll.

Seseorang yang mengirimkan e-mail dari Inggris, yang dikirimkan 14 Oktober 2004, masih mencari informasi yang jelas tentang keberadaan nasib awak U-196. Ia menduga, U-196 sebenarnya tidak mengalami kecelakaan terkena ranjau di sekitar Selat Sunda dan Laut Kidul, sedangkan para awaknya kemudian menetap di Cile.

Keyakinannya diperoleh setelah membaca sebuah surat kabar di Cile, sejumlah awak kapal selam Jerman telah berkumpul di Iqueque pada tahun 1945. Mereka tiba bersamaan dengan kapal penjelajah Almirante Latorre, yang mengawal mereka selama perjalanan dari Samudra Hindia. Di bawah perlindungan kapal penjelajah itu, kapal selam tersebut beberapa kali bersembunyi di perairan sejumlah pulau, sebelum akhirnya berlabuh di Pantai Selatan Cile.

Yang menimbulkan pertanyaan dirinya, mengapa setelah tiba di Cile, tak ada seorang pun awaknya pulang ke Jerman atau mencoba bergabung kembali dengan kesatuan mereka. Ini ditambah, minimnya kabar selama 50 tahun terakhir yang seolah-olah "menggelapkan" kejelasan nasib U-196, dibandingkan berbagai u-boat lainnya yang sama-sama beraksi di Indonesia.

Entahlah, kalau saja Dr. Heinz Haake masih hidup dan menjadi warga Negara Indonesia, mungkin ia dapat menceritakan peristiwa yang sebenarnya menimpa U-196.


peninggalan AU jerman di indonesia 

AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) dahulu pernah memiliki empat buah pesawat Messerschmitt Bf 109, tapi sayangnya saat Agresi Belanda ke-2 keempat pesawat tersebut hancur di lapangan udara Maguwo (Yogyakarta). Bagaimana ceritanya sampai pesawat Luftwaffe sekelas Messerschmitt Bf 109 sampai berada di Indonesia? Mereka adalah bekas pesawat Jepang yang tertinggal di Lapangan Andir Bandung, lalu diterbangkan ke Maguwo hingga hancur karena serangan Belanda (Jepang memang pernah menerima beberapa Bf 109 dari jerman sebagai bentuk alih teknologi, dan hasilnya adalah versi lokal Kawasaki KI61 Hien).



 Dari lima buah Bf 109 yang diterima, empat buah diantaranya dikirim ke lapangan udara Andir Bandung sedangkan satu buah lagi dijadikan bahan riset untuk menghasilkan KI61 Hien. Di buku Alutsisa TNI AU Periode tahun 1946 - 1950 disebutkan bahwa di lapangan udara Andir ditemukan pesawat Ki 61 Hien. Apakah itu yang dimaksud dengan Messerschmitt Bf 109 ini? Abdul Rachman Saleh juga pernah membaca buku petunjuk untuk bisa menerbangkan pesawat Mustang Jepang ini, 

dimana di dalam buku "Bunga Rampai Perjuangan dan Pengorbanan Jilid III" diterangkan oleh Marsda TNI Purn R. A. Wiriadinata bahwa dia pernah mendampingi Abdul Rachman Saleh di Pangkalan Udara Singosari Malang sekitar paruh kedua tahun 1946 hingga paruh pertama tahun 1947, yang mana Pak Abdul Rachman Saleh sibuk mempelajari buku-buku dan kokpit pesawat Mustang Jepang. Yang menarik untuk dikaji adalah: apakah yang dimaksud dengan Mustang Jepang tersebut sebenarnya adalah Ki 61 Hien atau Messerschmitt Bf 109? Karena kalau itu yang didapat di Bandung itu kemungkinan yang versi Messerschmitt Bf 109. Selain pesawat Messerschmitt Bf-109E ( Emil )-7, Jepang juga diketahui membangun pesawat pemburu yang menyerupai pemburu Luftwaffe kerena mendapat bantuan teknis dari Jerman yaitu Mitsubishi J8M Shusui yang mirip Me-163 Komet dan Nakajima Kikka yang mirip jet tempur Me-262.


Sumber :
Foto koleksi pribadi Juergen Kodar
BERBAGAI sumber 

Selasa, 02 Desember 2014

misteri alusista TNI



1.Misteri pembelian rudal yakhont


mantan Menhan Juwono Sudarsono mengemukakan pembelian Rudal dan suku cadang pesawat tempur itu sudah sesuai aturan.Kepmen No. 01 tahun 2005.

“Saya diberitahu oleh Irjen Dephan dan Dirjen Rencana Sistem Pertahanan bahwa  Kepmen No. 01 tahun 2005 / Kepmen No. 15 tahun 2005. Keputusan No. 15 itu mengatur mengenai pengadaan barang dan jasa, bukan melalui fasilitas kredit ekspor,dalam hal ini pembelian rudal yakhont pada tahun 2004 dan  proses rekayasa penyatuan sistem berhasil  pada tahun 2007

Peluru kendali buatan Russia itu terpasang diatas KRI Oswald Siahaan-354 sekitar tahun 2008



rudal Yakhont sebenarnya sudah dimiliki sejak tahun 2007, namun TNI AL baru bisa melakukan uji coba kali ini karena untuk mengintegrasikan sistem kapal dengan rudal membutuhkan waktu yang lama.
mantan Komandan Gugus Tugas Senjata Strategis TNI AL, Laksamana Pertama TNI Sulaeman Banjarnahor, mengatakan, dalam uji tembak tersebut rudal Yakhont hanya membutuhkan waktu sekitar enam menit mencapai sasaran. Sulaeman mengatakan,

alasan dibelinya rudal Yakhont dari Rusia, kata Iskandar, karena berdasarkan kajian rudal Yakhont bisa memenuhi standar geografi di Indonesia. 

"Rudal Yakhont tidak didesain untuk menenggelamkan kapal, tapi hanya untuk melumpuhkan kapal," kata Sulaeman seraya menambahkan masa pakai rudal bisa mencapai 20 hingga 30 tahun, namun perlu dikaji kembali, mana yang lebih pas.(*)
rudal asal Rusia itu dibeli dengan harga US$1,2 juta perunit.

 beberapa rudal Yakhont yang dibeli oleh TNI AL dari Rusia itu memiliki kecepatan hingga mencapai dua mach atau dua kali melebihi kecepatan suara dengan jangkauan sasaran 300 kilometer. Harga satu rudal Yakhont mencapai 12 juta dollar Amerika.


Enam senjata rudal strategis diantaranya : rudal Yakhont, Exocet MM-40, Torpedo SUT, Mistral, Seacat dan RBU 6000. Rudal Yakhont ditembakkan dari Fregat Van Speijk class KRI Oswald Siahaan-354 sukses ditembak menuju sasaran yang berjarak 250Km yakni eks kapal perang KRI Teluk Bayur-502. Rudal Yakhont yang ditembakkan merupakan salah satu dari empat rudal yang dibawa KRI Oswald Siahaan-354.

Sedangkan, rudal Exocet MM-40 dan rudal penangkis serangan udara Mistral ditembakkan dari Korvet Sigma class KRI Hassanuddin-366 dan torpedo SUT ditembakkan dari kapal selam kelas 209 KRI Cakra-402. Untuk rudal anti pesawat Seacat ditembakkan dari KRI Karel Satsuit Tubun-358 dan KRI Oswald Siahaan-354. Roket anti-sub-mortar RBU 6000 ditembakkan dari Korvet Parchim class KRI Cut Nyak Dien-375.




2.misteri kapal Aoron MK2

Aoron MK2 adalah kombinasi antara kapal ampibi ringan dan pesawat aeromodeling.adapun kegunaan nya untuk misi pemantauan dan misi mata mata.dengan kemampuan dapat terbang rendah diatas ombak  setinggi 2 meter menjadikan nya sulit di tangkap radar.hanya  TNI AL  yang tahu maksud dan kegunaannya , atau hanya prototipe yang tidak laku karena di anggap tidak batle proven.

   









3.misteri pembuatan klewang 2

setelah hancur terbakar, klewang 625 akan di bangun kembali, namun untuk kali  ini pembuatannya boleh di bilang misteri dan serba tertutup.hanya beberapa potongan gambar dan sedikit info tentang kapal tersebut.





rancang bangun terakhir diperkirakan akan selesai satu tahun kedepan dengan beberapa perubahan pada sistem senjata dan rudal yang akan di gunakan serta sistem radar terbaru buatan swedia.


4.misteri 12 whiskey class 

tidak banyak tahu kemana "hilangnya" KS whiskey class. dari 12 unit semula  hanya 3 yang sempet terdeksi keberadaan nya. dan hanya satu yang dapat di lihat karena telah di jadikan museum kapal selam di surabaya.










5.misteri lain dalambentuk gambar





pesawat tanpa kode TT or TS or TA

nanggala polos/cakra polos

sebuah KS di tanjung priuk

                  sisa sisa rudal  sa -2 dalam kenangan
          truk  membawa alusista strategis?